Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar
individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung,
terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak
karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini
sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi
yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
v
Pengertian
Menurut asal
katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses
sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh
bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu
tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi
lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif
atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang
lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama
kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Jan Aart
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan
globalisasi:
·
Internasionalisasi:
Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal
ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun
menjadi semakin tergantung satu sama lain.
·
Liberalisasi:
Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara,
misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
·
Universalisasi:
Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun
imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi
pengalaman seluruh dunia.
·
Westernisasi:
Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
·
Hubungan
transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat
definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih
mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global
memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
v
Ciri globalisasi
Berikut ini
beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di
dunia.
·
Perubahan
dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global
terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
·
Pasar dan
produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh
perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
·
Peningkatan
interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.
·
Meningkatnya
masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,
inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan
Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme,
sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan
bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian
dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan
selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta
kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi
sebagai zaman transformasi sosial.
v
Teori globalisasi
Cochrane dan
Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi
teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
·
Para
globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia
berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang
diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para
globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses
tersebut.
o
Para
globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu
dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang
toleran dan bertanggung jawab.
o
Para
globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif
karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika
Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan
terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian
membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
·
Para
tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka
berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang
ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi
sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami
saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan
perdagangan kapital.
·
Para
transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka
setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para
globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita
menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa
globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling
berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak
terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik,
terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
v Reaksi masyarakat
Gerakan
pro-globalisasi
Pendukung globalisasi (sering juga
disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada
teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini
menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat
saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah
ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi
pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya,
Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu
mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki
keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan
untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya
untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran
kain dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya
kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari
pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat melindungi produksi
dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya produksi
barang impor sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para
pro-globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka
menginginkan dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga
barang-barang dapat ditekan, akibatnya permintaan akan meningkat. Karena
permintaan meningkat, kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya.
Beberapa kelompok pro-globalisme juga
mengkritik Bank Dunia dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut
hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi
atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh ke
tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana
tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang
negara, dan sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat
kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat
konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor, sehingga laju globalisasi akan
terhambat dan -- menurut mereka -- mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk
dunia.
Gerakan antiglobalisasi
Antiglobalisasi
adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis
orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan
lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO).
"Antiglobalisasi"
dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya
menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang
berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan
terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka
mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga,
dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Namun,
orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu,
dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global,
Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya.
v Globalisasi perekonomian
Globalisasi
perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa.
Ketika
globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya
juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari
globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
·
Globalisasi
produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran
agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah
buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai
ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini
menjadi lokasi manufaktur global.
·
Globalisasi
pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau
melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua
negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan
telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah
memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama
mitrausaha dari manca negara.
·
Globalisasi
tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari
seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari
tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang
biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement
akan semakin mudah dan bebas.
·
Globalisasi
jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan
informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain
melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju
telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang
sama. Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar
dimana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota
ataupun di desa- menuju pada selera global.
·
Globalisasi
Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif
serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan
perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan adil.
·
Thompson
mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah
intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional.
Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari
perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia.
Dampak Positif Globalisasi
Ekonomi
·
Produksi global dapat
ditingkatkan
Pandangan ini sesuai dengan teori
'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan
perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efesien,
output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari
spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang
selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
·
Meningkatkan kemakmuran
masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas
memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari
luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih
banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan
harga yang lebih rendah.
·
Meluaskan pasar untuk produk
dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang
lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas
dari pasar dalam negeri.
·
Dapat memperoleh lebih banyak
modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari
investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena
masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang
berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
·
Menyediakan dana tambahan untuk
pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan
berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi
terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik.
Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham.
dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang
dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang
dibutuhkan tersebut.
Dampak Negatif Globalisasi
Ekonomi
·
Menghambat pertumbuhan sektor
industri
Salah satu efek dari globalisasi
adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas.
Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi
menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang
baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri
yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan
sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada
industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
·
Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan
barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing,
maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca
pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah
pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami
defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran
keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya
ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
·
Sektor keuangan semakin tidak
stabil
Salah satu efek penting dari
globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar.
Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham.
Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca
pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika
harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke
luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata
uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan
efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
·
Memperburuk prospek pertumbuhan
ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan
di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti
ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan
kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran
tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila
globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka
panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan
masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
v
Globalisasi kebudayaan
Globalisasi
memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi
sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh
dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri
dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini (
Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun,
perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20
dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan
kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut
menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan
semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
·
Berkembangnya
pertukaran kebudayaan internasional.
·
Penyebaran
prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap
kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
·
Berkembangnya
turisme dan pariwisata.
·
Semakin
banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
·
Berkembangnya
mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
·
Bertambah
banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
·
Persaingan
bebas dalam bidang ekonomi
·
Meningkakan
interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa
v
Dampak globalisasi
Dampak positif globalisasi antara
lain:
·
Mudah
memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
·
Mudah
melakukan komunikasi
·
Cepat dalam
bepergian (mobilitas tinggi)
·
Menumbuhkan
sikap kosmopolitan dan toleran
·
Memacu untuk
meningkatkan kualitas diri
·
Mudah
memenuhi kebutuhan
·
Membuat
sikap terbuka, berpikiran luas
Dampak
negatif globalisasi antara lain:
·
Informasi
yang tidak tersaring
·
Perilaku
konsumtif
·
Ketergantungan
dengan teknologi
·
Pemborosan
pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
·
Mudah
terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu Negara
v INDONESIA
MEMERLUKAN STRATEGI KEBUDAYAAN HADAPI
GLOBALISASI
Jakarta
(ANTARA News) - Tokoh pergerakan Moh Jumhur Hidayat mengatakan bangsa Indonesia
perlu mempersiapkan secara matang strategi kebudayaan menghadapi globalisasi.
"Mempersiapkan
strategi kebudayaan bukanlah berarti menutup rapat-rapat dari pengaruh budaya
luar, melainkan merencanakan suatu tahapan-tahapan agar jangan sampai yang
diserap oleh bangsa kita justru yang menjadi ekses di negara-negara pengekspor
budaya tersebut," kata Jumhur saat menyampaikan orasi kebudayaan bertajuk
"Membangun Karakter Indonesia Berbasis Sosio-kultural" di Taman
Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Minggu.
Menurut
Jumhur, globalisasi tidak saja berarti adanya kemudahan pertukaran barang,
uang, dan lalu lintas manusia, tetapi juga pertukaran budaya dan gaya hidup.
Berkaitan dengan ini maka bangsa Indonesia harus bisa mempersiapkan diri untuk
berinteraksi atau berdialog secara budaya, katanya. Untuk melakukan ini, kata
Jumhur, terlebih dahulu harus mengambil jarak dengan kebudayaan luar karena,
apabila tidak, yang terjadi adalah pencaplokan dan penggantian secara
bulat-bulat, terlebih lagi budaya luar tersebut telah membangun hegemoni atau
dominasinya dalam membentuk kebudayaan dunia.
Dikatakannya,
kebebasan memperoleh informasi merupakan hak setiap orang, namun jangan sampai
menumbuhkan kegiatan kontraproduktif atau bahkan destruktif bagi masyarakat.
Karena itu,
kata dia, bagaimanapun pahitnya, terutama ketika bangsa ini secara umum masih
belum matang dan dewasa, maka penyaringan informasi perlu dilakukan.
Kegiatan ini
memang terlihat bertentangan dengan kebebasan memperoleh informasi, namun
kegiatan ini telah dilakukan oleh para orang tua modern di negara maju terhadap
anak-anaknya dengan memberikan pengertian bahkan sampai melarang untuk tidak
melihat acara-acara televisi atau membaca buku-buku tertentu, karena dianggap
belum waktunya.
"Analog
dengan hal ini, maka tidaklah dapat disalahkan apabila suatu otoritas yang
lebih tinggi, dalam hal ini negara, menyusun suatu strategi bersama-sama
penyedia informasi lainnya untuk memberikan porsi informasi yang tepat kepada
masyarakatnya," kata Jumhur.
Sebaliknya,
bangsa ini harus menyebarkan seluas-luasnya nilai-nilai sosial budaya luar yang
berupa saripatinya seperti nilai-nilai etos kerja keras, pantang menyerah,
kreatif, inovatif dan produktif, jujur dan terbuka serta selalu ingin maju.
Nilai-nilai
itu haruslah dapat dikemas menjadi sebuah informasi yang menarik sehingga dapat
dengan mudah diserap oleh masyarakat.
Apabila hal
ini dapat dilakukan, maka identitas sosial budaya keindonesiaan makin sempurna.
"Di
satu sisi kita menyerap nilai-nilai luhur budaya daerah dan di sisi lain
menyerap nilai-nilai luhur budaya luar. Niscaya akan terus terjadi
penyempurnaan identitas sosial budaya yang dapat mendorong Indonesia menjadi
bangsa besar dan sejajar dengan bangsa-bangsa maju lain di dunia,"
katanya.
Dewan
Kesenian Jakarta dan Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta mengundang Kepala Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat
untuk menyampaikan orasi kebudayaan selaku tokoh pergerakan.
Jumhur
mengapresiasi penyelenggara dan hadirin acara itu untuk mendengarkan orasi
budaya dari seorang bukan budayawan yang hadir tidak sebagai
"terdakwa" akibat kasus-kasus TKI seperti selama ini.
v
Pengaruh Globalisasi di kalangan
remaja Indonesia
Sebelum
membahas pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari remaja Indonesia,ada
baiknya kita tahu apa itu globalisasi.
Globalisasi
adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah.Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya
sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli
dkk.Kewarganegaraan.2005).
Pengaruhnya terhadap remaja
Indonesia
Dari jaman
sebelum merdeka Indonesia mempunyai kalangan muda yang kuat dan sangat
berpengaruh.Banyak peristiwa-peristiwa yang bersejarah di buat oleh para
pemuda.Contohnya seperti pada awal kemerdekaan.Kaum muda terus mendesak
Soekarno dkk untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.Di jaman Soeharto para
mahasiswa menggelar demo besar-besaran menuntut turunnya Soeharto.Namun
akhir-akhir ini sepertinya golongan pemuda cenderung lebih pasif.Yang tua makin
berkuasa yang muda makin sengsara.Apakah karena mereka-mereka yang sedang duduk
di kursi pemimpin sengaja tidak memperhatikan kaum penerusnya atau memang kaum
penerusnya yang lebih memikirkan kesenangan masa mudanya.Tengok saja pada
kebiasaan remaja jaman ini,lebih menyukai budaya asing dan melupakan budaya
bangsanya sendiri yang dianggap kolot.Remaja masa kini dianggap ketinggalan
jaman jika tidak mengetahui perkembangan budaya musik,film,bahkan budaya-budaya
yang kurang bermoral dan jauh dari nilai-nilai Pancasila.Peradaban Barat dan
Amerika telah mentranformasikan suatu masyarakat mekanis yang didasarkan pada
materi dan konsumerisme. Mimpi menjadi bintang popular dan gemerlap kemewahan
merupakan mitos masyarakat konsumeris. Misalnya adalah ajang kontes idol, dalam
waktu singkat telah menjadi magnet bagi remaja yang ingin terkenal dengan
keringat minimal. Acara-acara sejenis sudah menular ke berberapa negara seperti
India, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam termasuk Indonesia dengan beragam
variannya.Realitas kehidupan berbudaya remaja kita yang rentan terhadap invasi
budaya luar sungguh tidak bisa diandalkan untuk menghadapi kehidupan yang sudah
meng-global. Remaja-remaja kita sudah begitu dekat dengan budaya konsumtif
sehingga tidak mengherankan budaya yang demikian mendorong perilaku korup.
Fenomena ini harus ditangani segera dengan melibatkan berbagai pihak, yaitu
dengan menginternalisasikan karakter bangsa melalui pendidikan yang humanis
agar banga ini survive di era global. Oleh karenanya, menurut Warsono dalam
tulisannya “Globalisasi dan Perubahan Budaya” remaja-remaja kita harus segera
meninggalkan paradigma berpikir diagonalistik menjadi berpikir alternatif.
Karena dengan berpikir alternatif, kita melihat perbedaan itu bukan dari sudut
pandang kalah-menang, tenar-tidak terkeal tetapi hanya sebagai pilihan-pilihan
(alternatif). Dengan paradigma berpikir demikian, diharapkan remaja kita bisa
terhindar dari silang sengkarut konflik pribadi yang tidak menutup kemungkinan
malah bisa menjadi pemicu konflik sosial.Jadi sekali lagi jadikan Indonesia
sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Link Download Kliping Globalisasi
Link Download Kliping Globalisasi
0 Komentar untuk "Artikel Globalisasi"